Materi Permasalahan Stunting di Desa yang disusun oleh Direktorat Pembangunan Sosial Budaya, Lingkungan Desa dan Perdesaan, Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2025 ini memberikan panduan komprehensif mengenai pentingnya pencegahan stunting. Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, yang utamanya terjadi selama periode krusial 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pencegahan stunting menjadi sangat penting karena kondisi ini berdampak buruk pada kualitas generasi masa depan, membuat negara berpotensi mengalami kerugian karena generasi mendatang kurang berkualitas dan kalah bersaing dengan negara lain.
Tujuan Utama Pembelajaran Stunting
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran ini, para peserta diharapkan dapat mencapai sejumlah kompetensi kunci yang berkaitan dengan pencegahan stunting. Tujuan-tujuan ini berfokus pada pemahaman mendalam tentang masalah stunting, kemampuan mengidentifikasi akar masalahnya, serta memahami strategi intervensi yang efektif. Dengan menguasai materi ini, diharapkan peserta dapat berkontribusi aktif dalam upaya percepatan penurunan stunting di wilayah mereka.
Salah satu tujuan krusial yang ingin dicapai adalah kemampuan untuk memahami pengertian stunting secara benar. Pemahaman ini menjadi dasar untuk semua upaya intervensi selanjutnya, karena stunting bukanlah hanya sekadar masalah anak pendek, melainkan hasil dari kekurangan gizi kronis selama 1000 HPK. Selain definisi, peserta juga ditargetkan mampu mengidentifikasi penyebab kasus stunting di desa dengan menggunakan alat analisis masalah yang tepat, yang mencakup identifikasi penyebab langsung dan tidak langsung.
Selanjutnya, peserta harus memahami sasaran dan intervensi yang diperlukan dalam program pencegahan dan percepatan penurunan stunting. Hal ini mencakup pengetahuan tentang siapa saja yang menjadi sasaran utama dan intervensi spesifik apa yang harus diberikan. Terakhir, materi ini juga bertujuan untuk memastikan peserta memahami dampak stunting yang luas, termasuk gangguan fisik dan kognitif , serta memahami peran imunisasi sebagai salah satu upaya pencegahan stunting yang efektif.
Definisi dan Sasaran Keluarga Berisiko Stunting
Stunting adalah masalah kesehatan yang kompleks dan perlu dipahami definisinya secara akurat. Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode emas, yaitu 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Periode ini mencakup masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Kondisi ini bukan sekadar masalah tinggi badan, melainkan indikasi dari kerusakan yang lebih luas pada perkembangan anak.
Keluarga yang memiliki risiko stunting adalah keluarga yang mempunyai satu atau lebih faktor risiko yang berpotensi menyebabkan lahirnya anak stunting. Faktor risiko ini bersifat multifaktorial dan mencakup berbagai kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Keluarga berisiko stunting dikategorikan sebagai keluarga yang mungkin melahirkan anak stunting, atau keluarga yang memiliki faktor risiko seperti sanitasi dan air minum tidak layak, memiliki karakteristik 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat, terlalu banyak), tidak mengikuti KB modern, atau faktor risiko lainnya seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah.
Sasaran utama dalam program pencegahan stunting mencakup empat kelompok usia yang sangat rentan:
- Remaja Putri (10-24 Tahun)
- Calon Pengantin atau Pasangan Usia Subur (PUS)
- Ibu Hamil dan Nifas
- Anak Usia 0-59 Bulan (Baduta 0-23 bulan dan Balita 24-59 bulan)
Penyebab Langsung dan Tidak Langsung Stunting di Desa
Setiap kasus kekurangan gizi dan stunting di desa harus diidentifikasi secara cermat penyebab langsung dan tidak langsungnya agar intervensi yang diberikan tepat sasaran. Identifikasi ini penting untuk menentukan sektor mana yang harus mengambil peran utama dalam mengatasi masalah tersebut.
Penyebab Langsung terjadinya stunting dan kekurangan gizi adalah kondisi yang berhubungan langsung dengan status gizi individu. Penyebab utama langsung adalah kurangnya asupan gizi dan sering sakit. Beberapa contoh spesifik penyebab langsung adalah:
- Ibu hamil mengalami Anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK).
- Bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
- Praktek pemberian makan yang tidak tepat, seperti tidak Inisiasi Menyusui Dini (IMD) , tidak ASI eksklusif , atau pemberian MP-ASI terlalu dini.
- Tidak telaten dalam menyuapi balita dan tidak lengkapnya imunisasi. Intervensi untuk mengatasi penyebab langsung ini akan lebih banyak dilakukan oleh sektor kesehatan, seperti konseling gizi, penyuluhan kesehatan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan, dan pengobatan penyakit yang sering muncul.
Penyebab Tidak Langsung adalah faktor-faktor mendasar yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi, yang meliputi aspek ekonomi, lingkungan, dan pengetahuan. Mengapa anak kurang asupan gizi? Karena orang tua tidak paham tentang menu gizi seimbang dan tidak telaten merawat balita. Selain itu, kemiskinan menyebabkan keluarga tidak mampu membeli bahan makanan yang bergizi. Mengapa anak sering sakit? Karena keluarga tidak memiliki akses air bersih , tidak memiliki jamban sehat , lingkungan rumah kotor, dan tidak menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Intervensi untuk mengatasi penyebab tidak langsung ini sebagian besar berada di luar bidang/sektor kesehatan, seperti yang dilakukan oleh pemerintah desa. Contoh intervensinya meliputi:
- Penyediaan akses air bersih dan jamban sehat.
- Perbaikan sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana sanitasi layak bagi rumah tangga.
- Edukasi Parenting dan pemberian pemahaman tentang stunting.
- Bantuan sosial (misalnya Bantuan Tunai Bersyarat bagi keluarga miskin dan rentan , Bantuan Pangan , dan Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ).
- Perbaikan ekonomi/pendapatan keluarga dan penurunan kehamilan tidak diinginkan, serta Keluarga Berencana paska persalinan.
Intervensi Spesifik Berdasarkan Kelompok Sasaran
Strategi pencegahan stunting melibatkan serangkaian intervensi spesifik yang disesuaikan dengan kelompok sasaran, mulai dari remaja putri hingga anak balita. Intervensi ini dibagi menjadi intervensi spesifik (berfokus pada penyebab langsung) dan intervensi sensitif (berfokus pada penyebab tidak langsung).
Untuk kelompok Remaja Putri, intervensi utamanya adalah:
- Remaja putri dianjurkan mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) untuk mencegah anemia.
Untuk kelompok Ibu Hamil, intervensi yang diberikan meliputi:
- Pemberian tambahan asupan gizi bagi ibu hamil yang mengalami KEK.
- Ibu hamil juga diwajibkan mengonsumsi TTD secara rutin.
Intervensi untuk Bayi dan Anak (0-59 bulan) adalah yang paling beragam dan krusial:
- ASI eksklusif harus diberikan kepada bayi usia 0-6 bulan.
- Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat gizi untuk baduta (0-23 bulan).
- Pelaksanaan pemantauan tumbuh kembang balita secara berkala.
- Pemberian tambahan asupan gizi bagi balita yang sudah mengalami kurang gizi.
- Pelaksanaan tatalaksana gizi buruk yang sesuai bagi balita yang didiagnosis gizi buruk.
- Pentingnya memastikan imunisasi dasar lengkap bagi balita.
Dampak dan Kerugian Stunting Jangka Panjang
Stunting bukan hanya memengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga membawa dampak dan kerugian jangka panjang yang serius bagi individu, keluarga, dan negara. Dampak-dampak ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa area utama.
Dampak utama stunting meliputi:
- Gangguan Pertumbuhan Fisik: Anak stunting akan mengalami tinggi badan dan berat badan yang tidak sesuai dengan usianya, cenderung lebih pendek dan lebih rendah.
- Gangguan Kognitif (Perkembangan Otak): Stunting menyebabkan tingkat kecerdasan rendah, karena perkembangan otak yang terganggu.
- Gangguan Kesehatan: Anak stunting menjadi lebih rentan terkena infeksi dan penyakit kronis.
- Gangguan Motorik: Anak mungkin mengalami kesulitan pada gerakan tubuh (misalnya tremor) dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bicara atau berjalan.
- Gangguan Metabolisme: Terdapat gangguan pada sistem metabolisme tubuh.
Dampak jangka panjang yang timbul dari gangguan-gangguan di atas meliputi:
- Peningkatan Risiko Penyakit Tidak Menular: Akibat gangguan metabolisme saat kecil, individu berisiko tinggi terkena penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, obesitas, stroke, dan penyakit jantung di usia dewasa.
- Produktivitas Rendah: Semua gangguan ini pada akhirnya menyebabkan produktivitas yang rendah ketika anak tumbuh dewasa.
Secara keseluruhan, kondisi stunting ini sangat merugikan negara, karena generasi penerus bangsa menjadi tidak berkualitas dan kalah bersaing dengan negara lain. Oleh karena itu, investasi dalam pencegahan stunting adalah investasi untuk masa depan bangsa.
Pentingnya Imunisasi dalam Pencegahan Stunting
Imunisasi memainkan peran yang sangat penting sebagai salah satu upaya preventif dalam pencegahan stunting. Sering sakit adalah salah satu penyebab langsung stunting , dan imunisasi adalah kunci untuk memutus siklus penyakit berulang yang pada akhirnya menyebabkan kekurangan gizi kronis.
Definisi dan Manfaat Imunisasi
- Imunisasi adalah upaya aktif untuk menimbulkan kekebalan khusus dalam tubuh seseorang terhadap penyakit tertentu melalui pemberian vaksin.
- Manfaat utamanya adalah, jika anak tertular penyakit, gejala yang ditimbulkan akan menjadi lebih ringan dibandingkan anak yang tidak diimunisasi.
Hubungan Imunisasi dan Stunting
- Anak yang diimunisasi dan sehat akan menggunakan asupan gizi yang diperolehnya secara maksimal untuk proses pertumbuhannya. Kondisi ini membuat anak cenderung terhindar dari risiko stunting.
- Anak yang tidak diimunisasi lengkap berisiko tinggi tertular penyakit menular.
- Anak yang sakit akan mengalami penurunan nafsu makan dan/atau kesulitan mengonsumsi makanan. Selain itu, zat gizi yang ada akan lebih banyak digunakan untuk melawan penyakit yang diderita, bukan untuk pertumbuhan.
- Jika anak sakit berulang dalam jangka waktu lama, akan terjadi kondisi kekurangan gizi yang kronis. Kondisi kekurangan gizi kronis inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan anak mengalami stunting.
Pemberian imunisasi lengkap sesuai jadwal, seperti yang diatur dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting , sangat penting untuk melindungi anak lebih dini terhadap penyakit sebelum terpapar risiko penularannya.
Meskipun imunisasi sangat bermanfaat, kadang muncul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). KIPI adalah kondisi tidak menyenangkan yang muncul setelah vaksinasi, namun umumnya tidak serius dan dapat membaik dalam beberapa hari. Kebanyakan KIPI bersifat ringan, seperti demam, sakit kepala, nyeri/kemerahan pada tempat suntikan, atau diare. Kondisi ini dapat ditangani dengan kompres hangat, Parasetamol, atau dalam kasus tertentu, dirujuk dan dirawat di Rumah Sakit.
Berikut kami bagikan Materi Permasalahan Stunting di Desa dalam format MS Office Power Point (.ppt), serta bisa Anda edit sesuai dengan kondisi desa masing-masing disesuaikan dengan kewenangan Desa yang diatur dalam perundang-undangan. Materi Permasalahan Stunting di Desa yang dapat Anda unduh secara gratis di website ini.
materi_stunting_desa.ppt21.6 MB
sources references https://www.ciptadesa.com/materi-permasalahan-stunting-di-desa/
